30 November 2011

AIDS Saja Punya Hari Khusus

Besok, 1 Desember, orang sedunia ramai memperingati Hari HIV/AIDS. Ane tidak tahu, sejak kapan hari ini diperingati. Juga mengapa tanggal 1 Desember yang dipilih. Cuma yang menjadi ganjalan di otak ane, setelah sekian kali diperingati, apakah ada penurunan signifikan angka korban HIV/AIDS ini? Lantas sejauh mana upaya mengurangi angka itu?

Banyak slogan tercecer di sekitar kita. Mulai dari stiker kecil di angkot, spanduk di tempat strategis sampai baliho besar di sudut jalan. Isinya himbauan untuk 'tidak mengucilkan' korban penderita penyakit mengerikan ini. Jauhi penyakitnya, bukan orangnya. Begitu kurang lebih bunyi kampanyenya.

Menurut ane, selama Bro & Sis memegang prinsip-prinsip syariat Islam, tak perlu mengkhawatirkan penyakit ini. Bagi penderita yang merupakan korban dari perilaku menyimpangnya, ane sarankan untuk 'menikmati' saja 'hadiah' dari Allah SWT berupa penyakit ini. Anggap saja sebagai 'uang muka' atas dosa-dosa yang telah diperbuat. Mudah-mudahan kelak di akhirat tidak 'ditagih' lagi karena telah 'terbayar lunas' di dunia. Sedangkan bagi penderita yang merupakan korban tidak langsung (bukan pelaku menyimpang), bersabar sambil terus berikhtiar adalah jalan terbaik. Insya Allah banyak hikmah bisa dipetik dari musibah ini.

29 November 2011

Sekali Waktu, Tengoklah Status Facebook Anakmu

Facebook, ibarat mata pisau, ia bisa sangat bermanfaat namun juga bisa sangat berbahaya. Tergantung kepada siapa yang 'memegangnya'. Karenanya bijaksanalah dalam memanfaatkan jejaring sosial ini. Bagaimana dengan putra-putri kita?

Bro & Sis, ane nemu catatan bro Mohammad Fauzil Adhim (pakar parenting) ini, nampaknya sangat bagus untuk kita renungkan, terutama bagi antum yang punya anak usia ABG. Selamat menikmati.
***

Sekali Waktu, Tengoklah Status Facebook Anakmu

Jelajahilah alam pikirannya. Pahamilah apa yang sedang terjadi padanya. Dan bersiap-siaplah untuk terkejut disebabkan apa yang berharga bagi hidupnya, membanggakan dirinya, menyenangkan hatinya dan menjadi keinginannya justru perkara yang kita membencinya. Mereka sangat berhasrat justru terhadap apa-apa yang kita ajarkan kepada mereka untuk menjauhi. Astaghfirullahal ‘adzim.

Sekali saat, periksalah status Facebook anak-anakmu. Ketahuilah apa yang sedang berkecamuk dalam dirinya. Rasakan apa yang menjadi keinginan kuatnya. Rasakan pula yang membuatnya terkagum-kagum. Dan bersiap-siaplah untuk terperangah jika anak-anak itu lebih fasih mengucapkan kalimat-kalimat yang tak berharga, ucapan yang tak bernilai, pembicaraan yang mendekatkan kepada maksiat, dan bahkan ada yang mendekati kekufuran. Mereka berbicara kepada kita dengan bahasa yang kita inginkan, tetapi mereka membuka dirinya kepada manusia di seluruh dunia dengan perkataan-perkataan ingkar. Mereka menyiarkan keburukan dirinya sendiri, tetapi mereka tidak menyadarinya. Astaghfirullahal ‘adzim.


Kalau suatu saat ada kesempatan, cermatilah apa yang ditulis oleh anakmu, gambar apa yang ditampilkan dan siapa yang dielu-elukan di Facebooknya. Sadari apa yang telah terjadi dan sedang terjadi pada diri mereka. Ketahui perubahan apa yang menerpa jiwa mereka. Dan bersiaplah untuk terkejut bahwa apa yang tampak di depan mata tak selalu sama dengan apa yang terjadi di belakang kita. Mereka bisa bertutur tentang keshalihan karena berharap terhindar dari kedukaan atau bahkan kemurkaan kita. Tetapi diFacebook, mereka merasa merdeka mengungkapkan apa pun yang menjadi kegelisahan, keinginannya dan kebanggaannya yang benar-benar terlahir dari dalam diri mereka.

Beberapa waktu saya memeriksa akun Facebook anak-anak SDIT, alumni SDIT dan mereka yang masih belajar di SMPIT maupun SMAIT. Hasilnya? Sangat mengejutkan. Harapan saya tentang isi pembicaraan anak-anak yang telah memperoleh tempaan bertahun-tahun di sekolah Islam terpadu itu atau yang sejenis dengannya adalah sosok anak-anak yang hidup jiwanya, cerdas akalnya, tajam pikirannya dan jernih hatinya. Tetapi ternyata saya harus terkejut. Sekolah-sekolah Islam itu ternyata hanya mampu menyentuh fisiknya, tetapi bukan jiwanya. Betapa sedih ketika melihat anak-anak yang dulu jilbabnya besar berkibar-kibar, hanya beberapa bulan sesudah lulus dari SDIT atau SMPIT, sudah berganti dengan busana yang menampakkan auratnya dan ia perlihatkan kepada orang lain melalui foto-foto yang mereka pajang di Facebook.

Tentu saja saya tidak dapat mengatakan bahwa pendidikan Islam terpadu, integral atau apa pun istilahnya telah gagal total. Tetapi apa yang dapat dengan mudah kita telusuri dari tulisan mereka di Facebook maupun media sosial lainnya memberi gambaran betapa kita perlu berbenah dengan segera. Selagi aqidah, akhlak dan secara umum agama ini hanya kita sampaikan secara kognitif, maka tak banyak perubahan yang dapat kita harapkan. Jika yang kita berikan adalah pelajaran tentang agama, dan bukan pendidikan beragama yang dikuati oleh budaya karakter yang kuat di sekolah, maka anak-anak itu mampu berbicara agama dengan fasih tapi tidak menjiwai. Tak ada kebanggaan pada diri mereka terhadap apa-apa yang datang dari agama; apa-apa yang menjadi tuntunan Allah Ta’ala dan rasul-Nya.

Astaghfirullahal ‘adzim. Na’udzubillahi min dzaalik.

Lalu apa yang merisaukan dari anak-anak itu? Sekurangnya ada tiga hal. Pertama, cara mereka berbahasa. Ini menggambarkan alam berpikir sekaligus kesehatan mental mereka. Kedua, sosok yang mereka banggakan dan mereka elu-elukan kehadirannya maupun tingkah-lakunya. Sosok yang menjadi panutan (role model). Ketiga, nilai-nilai dan keyakinan yang mereka banggakan sehingga mempengaruhi sikap dan perilaku mereka, meskipun tak tampak di mata orangtua dan guru.

Betapa Mengenaskan Bahasa Mereka

Salah satu kelebihan Bani Sa’diyah adalah kefasihannya berbahasa. Kepada Halimah dari Bani Sa’diyah Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam disusukan, sehingga masa kecilnya memperoleh pengalaman berbahasa yang baik. Tampaknya sepele, tetapi bagaimana kita berbahasa sangat mempengaruhi pertumbuhan mental dan perkembangan cara berpikir.
Adalah Alfred Korzybski, ahli semantik asal Rusia yang menunjukkan bahwa cara berbahasa yang salah berhubungan erat dengan mental yang sakit pada masyarakat. Terlebih jika kesalahan serius dalam berbahasa itu secara intens dilakukan oleh seseorang, utamanya lagi yang masih dalam tahap perkembangan sangat menentukan, yakni anak atau remaja. Dan kondisi mengenaskan inilah yang sedang terjadi pada anak-anak kita; dalam pergaulan dan terutama terlihat dari SMS maupun status facebook mereka.

Mari kita ingat kembali ketika Lev Vygotsky, seorang psikolog yang juga asal Rusia. Ia menunjukkan bahwa apa pun kecerdasan yang ingin kita bangun, kuncinya adalah bahasa. Ia juga menunjukkan betapa erat kaitan antara bahasa dan pemikiran. Penggunaan bahasa mempengaruhi cara berpikir. Siapa diri kita tercermin dari bagaimana kita berbahasa. Sebaliknya, cara kita berbahasa akan berpengaruh besar terhadap diri kita.

Nah, lalu apa yang bisa kita katakan terhadap anak-anak yang berbahasa alay dan berbicara dengan perkataan yang tak berguna penuh sampah? Sungguh, tengoklah status Facebook dan SMS mereka. Dan bersiaplah terkejut dengan apa yang terjadi pada diri mereka. Khawatirilah apa yang akan terjadi pada diri mereka di masa-masa mendatang.

Astaghfirullah. Laa ilaaha illa Anta subhanaKa ini kuntu minazh-zhaalimin.

Bukan Rasulullah Saw. yang Mereka Kagumi

Cara berbahasa mempengaruhi apa yang berharga dan apa yang tidak. Sulit bagi seseorang untuk mengagumi dan menjadikan seseorang yang cara berbahasanya sangat berbeda –apalagi bertolak-belakang– sedang sosok yang ingin mereka tiru, mereka banggakan dan mereka pelajari kehidupannya. Maka jangan heran jika mereka lebih terharu-biru oleh Justin Bieber daripada para shahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Jangan terkejut pula jika Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam justru sosok yang sangat asing bagi mereka. Ironisnya, anak-anak yang seperti itu justru banyak lahir dari lembaga-lembaga Islam; sejak jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

Apa pengaruhnya? Jika Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi sosok panutan (role model) yang mereka banggakan, maka mereka akan berusaha untuk mempelajari jejak-jejaknya, mengingati kata-katanya dan mencoba melaksanakan apa yang mereka mampu dalam hidupnya. Mereka juga bangga terhadap orang yang meniru sosok panutannya. Itu juga berarti, jika sosok panutan mereka adalah Justin Bieber atau Lady Gaga, maka atribut, kata-kata dan segala hal yang berkait dengan mereka akan mereka buru dengan penuh kebanggaan. Mereka juga berusaha mengidentifikasikan diri dengan sosok panutannya.

Na’udzubillahi min dzaalik. Laa haula wa laa quwwata illa biLlah.

Pacaran Online Pun Terjadi

Maka, jangan terkejut jika anak-anak alumni SDIT yang masih belajar di SMPIT atau sekolah Islam sejenis justru amat liar pikirannya. Jangan terkejut juga jika menemukan anak seorang ustadz asyik pacaran online, mengungkapkan perasaan yang tidak sepatutnya ia ungkapkan kepada lawan jenis, apalagi membiarkannya diketahui oleh orang banyak. Sungguh, kemaksiatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi lebih ringan nilainya dibanding kemaksiatan yang ia umumkan sendiri.

Ingin sekali berbincang lebih panjang. Tetapi tak tega rasanya berbicara blak-blakan tentang masalah ini.

Semoga catatan sederhana ini dapat menjadi pengingat untuk kita semua. Semoga Allah mudahkan kita menempuh kebaikan. Semoga pula Allah Ta’ala menjaga iman kita dan anak-anak kita.

Sebelum kita akhiri perbincangan ini, mari sejenak kita ingat firman Allah ‘Azza wa Jalla:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa’: 9).

Wallahu a’lam bishawab

28 November 2011

Sekedar Mengingatkan

Bagi Bro & Sis yang masih suka menggunakan kata :

''Ass, Askum'' dalam ucapan salam (lisan maupun sms).
''Mohd'' untuk panggilan nama Nabi Muhammad.
''Mosque'' untuk panggilan sebuah masjid.
''4JJI'' untuk menulis lafadz Allah SWT.
''Mecca'' untuk sebutan Mekah.

Jika kita seorang Muslim atau Muslimah, alangkah baiknya mengindahkan hal yang mungkin kita anggap kecil tapi besar makna dan pengaruhnya. Gunakan sesuai dengan aturannya yuuuk...

  • Janganlah bilang Mosque tapi tetap gunakan kata MASJID, karena sebuah Organisasi Islam menemukan bahwa Mosque berasal dari kata "mosquito" yang berarti "nyamuk".
  • Jangan menulis MECCA tapi MEKAH, karena MECCA adalah "rumah anggur/bir".
  • Jangan menulis MOHD tapi MUHAMMAD, karena Mohd adalah "anjing bermulut besar".
  • Jangan menulis 4JJI tapi ALLAH SWT, karena tulisan "4JJI" artinya "For Judas Jesus Isa al masih".
  • Jangan menulis Ass atau Askum dalam salam tetapi lengkapilah dengan ASSALAAMU'ALAIKUM (karena salam adalah doa, atau jika tidak sempat lebih baik tidak sama sekali), karena "Ass" artinya (maaf) "pantatmu", dan "Askum" artinya "celakalah kamu".

Maka sampaikanlah salam karena itu DOA, minimal Assalamu'alaikum.

O ya, satu hal lagi tentang penulisan dan pelafadzan AMIN:

Dalam Bahasa Arab, ada empat perbedaan kata “AMIN” yaitu :

  1. AMIN (alif dan mim sama-sama pendek), artinya AMAN, TENTRAM
  2. AAMIN (alif panjang & mim pendek), artinya MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN
  3. AMIIN (alif pendek & mim panjang), artinya JUJUR TERPERCAYA
  4. AAMIIN (alif & mim sama-sama panjang), artinya YA TUHAN, KABULKANLAN DOA KAMI

Terus, bagaimana dengan pengucapan/penulisan "Amien"?

Sebisa mungkin untuk yang satu ini (Amien) dihindari, karena ucapan “Amien” yang lazim dilafadzkan oleh penyembah berhala (Paganisme) setelah do’a. Ini sesungguhnya berasal dari nama seorang Dewa Matahari Mesir Kuno: Amin-Ra (atau orang Barat menyebutnya Amun-Ra)

Semoga bermanfaat!

[terima kasih sahabat FB-ku yang telah berbagi]

27 November 2011

Rumah Dakwah

Numpang narsis dulu ah... Dari tadi motreti orang melulu
[syukron akh Fachu, atas jepretannya]
Selamat tahun baru Islam Bro & Sis!

Mengawali tahun 1433 Hijriyah ini, DPD PKS Kota Pekalongan pindahan kantor nih. Semoga ini menjadi langkah baik menyongsong kerja-kerja dakwah ke depan.. Penyebutan sekretariat yang sekarang adalah: Rumah Dakwah. Sungguh, ini bukan rumah yang cedak sawah. Melainkan karena di sini diniatkan sebagai Rumah-nya ummat. Go publik ceritanya.

Alamatnya cukup jelas 'kan? Ancar-ancarnya, jika Bro & Sis melalui jalur Pantura Jakarta-Semarang, pasti lewat di Jalan Wilis atau Jalan KHM Mansyur. Letak Jalan Kurinci berada di antara dua jalan besar itu. Tepatnya di dekat Lapangan Mataram, itu lho kompleks Kantor Walikota dan Gedung DPRD Kota Pekalongan. Lebih pasnya lagi depan Radio Kota Batik, nah itu dia gang 3A-nya.

Masih susah juga? Telpon ane 'dah... ntar ane jemput! Catat ya nomer hp ane: 08122994564. Gunakan nomor ini sebijaksana mungkin. Ditunggu silaturahimnya...

25 November 2011

Logo ABSP dan Filosofinya


Alhamdulillaah, akhirnya jadi juga rancangan logo Assalaam Boarding School Pekalongan (ABSP) ini. Logo ini hasil peras otak (dan keringat?) ane setelah melalui berbagai proses perenungan yang mendalam (cieee...) dan corat-coret menghabiskan 1 rim kertas (lebay nih). Maka, dengan bangga kupersembahkan untuk kejayaan Islam. Omong-omong, ini filosofinya:

Shape (Bentuk Dasar)
  • Huruf "A", merupakan nama dari lembaga ini, yaitu "ASSALAAM" atau "Assalaam Boarding School Pekalongan" (disingkat ABSP)
  • Secara keseluruhan membentuk "Pena", melambangkan dunia pendidikan, aktivitas KBM, menuntut ilmu
  • "Segitiga" melambangkan 3 pihak utama dalam suksesnya pendidikan anak: Orangtua, Sekolah dan Lingkungan.
  • Huruf "V" (hayo, siapa bisa melihatnya?), artinya "Victory" atau Kemenangan; yang dimaksudkan di sini adalah Kejayaan Islam (izzul Islam wal muslimin)
  • Huruf V ini sekaligus melambangkan "Mushaf Terbuka", artinya semua pihak yang terlibat dalam lembaga pendidikan ini diharapkan senantiasa menjadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utamanya.

Color (Warna)
  • Warna dominan kuning dan nuansa cerah dipilih bermakna "FUN" dan CERIA. Hal ini dimaksudkan bahwa proses KBM di lembaga ini diformat dalam nuansa yang fun, sehingga diharapkan para santri akan merasa enjoy belajar di ABSP
  • "Trio Warna" pada bidang segitiga atas (Kuning, Kuning Tua & Oranye) melambangkan "Tiga Landasan Utama" sumber keilmuan: Allah, Rasul, Al-Islam.
  • Bening (warna Mushaf) mencerminkan "Cahaya di atas cahaya" sebagaimana inspirasi Qur'an surat An-Nuur ayat 35. 
  • Warna Emas pada ujung pena (segitiga kecil) mengartikan kejayaan, kegemilangan, prestasi.
  • Coklat Walnut (warna teks) dipilih melambangkan ketegasan, kedisiplinan, keluwesan. Artinya, akhlaq disiplin yang hendak ditegakkan dibiasakan secara luwes, tidak kaku/saklek, sehingga santri, asatidz dan semua pihak yang terlibat merasa ridho menjalaninya.

Font (Jenis Huruf)
  • Constantia untuk tulisan "Assalam Boarding School". Dipilih jenis huruf ini karena ber-style formal namun garis-garisnya tegas sehingga mudah dibaca. Efek tebal-tipisnya lebih menambah kesan elegan font ini, sesuai dengan citra elegan dan profesional yang hendak dibangun pada ponpes ABSP.
  • Segoe UI untuk tulisan "Pekalongan". Alasan dipilihnya jenis huruf ini karena struktur garisnya tegas dan rata. Maknanya, visi-misi ABSP yang dicanangkan jelas tegas untuk disumbangkan secara merata demi kemajuan pembangunan (khususnya bidang pendidikan dan ruhani) Pekalongan, kota di mana ponpes ABSP ini berada.
Oke, itu dulu ah penjabaran filosofi dan contoh aplikasinya untuk berbagai orientasi pencetakan logo. Harapan ane, Bro & Sis bisa memberi masukan konstruktif, baik tentang bentuk logo maupun filosofinya. Ditunggu!


[Update: 29 November 2011]

Setelah di'floor'kan, ternyata logo ABSP di atas telah berhasil membuat 'geger', maka berikut ini ane sodorkan 2 alternatif sesuai masukan yang ada. Silakan dipilih yang pas dengan selera Bro & Sis, kemudian monggo dihujat habis-habisan... Syukron katsiiroo...

O ya, untuk filosofi alternatif #2 dan #3 menyusul yah... [tiwas sudah capek-capek ngarang, nggak kepake 'kan sayang, hehe...]  Untuk jenis huruf yang ini ane pake Century Schoolbook (80% width) dan Callibri. Selamat menikmati.

Alternatif #2:


Desain #2 dibuat atas masukan para "Pecinta Hijau", he.. he...


Alternatif #3:


Menurut ane, WARNA itu kan netral, semua warna adalah milik Allah SWT, bukan milik golongan tertentu. Artinya, semua warna adalah 'milik' umat Islam. Sepakat? Kirim dukungan untuk logo penuh warna ini, caranya: Ketik ABSP#3 kirim ke 08122994564

24 November 2011

Terima Kasih Mas Slamet

Slamet, itulah namanya. Sederhana sekali ya? Begitulah. Orangnya juga sesederhana namanya, namun hatinya sangat baik. Dia hanya dua orang bersaudara, adiknya perempuan. Karena orang tuanya tidak mampu menyekolahkan anaknya hingga pendidikan tinggi, maka ia mengalah untuk tidak menamatkan SDnya. Ia membantu orang tuanya mencari nafkah, apa saja asal halal katanya. Dan dari penghasilannya yang kecil itu, ia rela menyokong adik perempuan satu-satunya untuk terus bersekolah, bahkan hingga lulus di perguruan tinggi terkenal di Semarang. Subhanallah, pengorbananmu sangat inspiratif Mas Slamet.

Membicarakan jiwa berkorbannya Mas Slamet ini, tak akan ada habisnya. Lihat saja malam ini, ketika DPD PKS Kota Pekalongan mengadakan tasyakuran pindahan kantor. Acara intinya adalah mabit (bermalam) semua kader dan simpatisan (laki-laki) di kantor baru, sekaligus diisi khataman Qur'an dan taujih dari ketua. Nah, saat kami hendak sholat berjama'ah di masjid terdekat, Mas Slamet rela tidak ikut meraup pahala berjama'ah. Dia rela sholat munfarid setelah kami semua pulang dari masjid. Mengapa? Ternyata Mas Slamet khawatir terhadap keselamatan motor, sepeda dan helm milik kami yang terparkir di halaman kantor baru.

Terima kasih Mas Slamet... Atas pengorbananmu, kami semua bisa sholat berjama'ah dengan tenang di masjid. Subhanallah, berilah pahala berjamaah pada sholatnya mas Slamet ini Yaa Robb...

23 November 2011

Kecewa

Bro & Sis, pernahkah antum merasa kecewa? Tentu masing-masing pernah merasakan kekecewaan dengan latar belakang yang beragam. Semisal yang dialami Paul -sebut saja begitu- teman ane. Paul memiliki putra yang mondok di sebuah pondok pesantren tahfidzul qur'an. Usia putranya sekitar 14 tahun, masih duduk di kelas 7 SMP.

Ponpes putranya Paul ini rupanya pondok baru, belum ada 3 tahun berjalan dan belum memiliki aset apa pun, kecuali seorang ustadz dan semangat. Fisik pondoknya sendiri adalah 'belas kasihan' dari sebuah madrasah yang 'kurang diminati'. Kebetulan ada beberapa lokal di bagian belakang yang nganggur. Daripada tidak digunakan, lebih baik di-hibah-pakai-kan ke yayasan pengelola pondok tahfidz tadi. Mungkin begitu yang ada di benak pengelola madrasah tadi.

Singkat cerita putranya Paul baru 2 tahun mondok di sana. Saat ini hafalannya baru: juz 30, 29, 28 dan sebagian juz 1, itu pun tidak sempurna. Padahal waktu awal masuk, diprogramkan pada tahun pertama santri akan digenjot untuk hafal 20 juz! Semangat banget bukan?

Beberapa waktu lalu Paul curhat, bahwa kini putranya telah dikeluarkan dari pondok. "Lho, apa pasal? Sepertinya kemarin waktu dijenguk, baik-baik saja?" tanyaku penasaran. Paul mengisahkan, suatu siang dia ditelepon pengasuh pondok yang menyampaikan bahwa putranya dikeluarkan gara-gara ketahuan merokok. Paul kecewa dengan putranya. Karena sang putra telah menyelewengkan amanahnya untuk belajar sungguh-sungguh di pondok tahfidz. Namun Paul lebih kecewa terhadap pengasuh pondok, karena langsung menjatuhkan "Talak 3" tanpa ada peringatan terlebih dahulu. Dan yang menambahi kekecewaannya, pemberitahuan itu hanya via telepon. Yang ketika hendak dikonfirmasi lebih detil lagi, telepon segera diputus. Kesannya, sang pengasuh takut pulsanya habis. Atau mungkin pengasuh tak mau meladeni pertanyaan Paul yang bertubi-tubi karena rasa penasarannya itu? Wallahu a'lam bish showab.

Di kesempatan lain mungkin Bro & Sis pernah merasa kecewa dengan orang yang  Bro & Sis jadikan panutan, idola atau sejenisnya. Kecewa lantaran orang itu tidak bertingkah laku sebagaimana seharusnya dia berlaku. Apa yang hendak Bro & Sis ambil tindakan? Saran ane, tetap hormati dia sebagai insan yang berhak dinasihati. Berikanlah hak-hak itu dengan tetap mengedepankan kesantunan dan kelapangan dada kita. Perkara dia mau menerima nasihat atau tidak, itu bukan kewenangan kita, itu wilayah Allah SWT Sang Maha Membolak-balikkan hati hamba-Nya.

Maka, tetaplah berdakwah dalam bingkai ukhuwwah Islamiyah...

22 November 2011

Mimpi Besar itu Sudah Mulai Diwujudkan...

 
Ane di ujung jembatan Assalaam.  Inilah mimpi kami...




"Awas ada truk masuk..." Satpam mengomando

Truk pertama hari ini...

Truk kedua...

Truk ketiga...


Truk keempat...

Sudah berapa rit nih?
Menumpahkan muatan
Meratakan tanah
"Minggir, jangan di depan buldozer!" sang driver memperingatkan

"Ayo, kirim tanah lagi, masih kurang nih!" kata pak Mandor


































































































Enam bulan lalu, di lahan ini....


Pengecoran pondasi jembatan baru dimulai

Lahan 1,2 Ha ini masih panen untuk terakhir kalinya

Sang arsitek sedang menjelaskan siteplan-nya kepada pengurus Yayasan




















































VISUALISASI  MIMPI  INI . . .

21 November 2011

Sepak Bola itu Tak Terkalahkan!

Istilah jawanya: menang-menangke dhewe!  Buktinya malem ini, gara-gara semua orang nonton final Indonesia vs Malaysia, semua kegiatan dipending. Dari mulai kegiatan remeh-temeh (apalagi) sampai kegiatan penting, kudu off dulu. Walah...

Ada teman ane yang istrinya anggota dewan. Baru saja beliau mengantar istrinya ke Gedung DPRD setempat. Begitu kembali ke rumah, belum ada lima menit, sang istri menelpon, "Mas, tolong aku dijemput."
"Lho, katanya ada pleno?", teman ane heran.
"Iya mas, tapi ini ditunda besok pagi. Kata ketuanya, daripada rapat tidak konsentrasi, mending ditunda besok," sang istri menjelaskan.

Oalah, jadi para wakil rakyat itu lebih memilih nonton bola daripada rapat untuk mengurusi rakyat to? Hehe... Yo, biarlah, tidak setiap pleno ditunda toh? Ini kan juga demi rakyat juga... nasionalisme katanya.

Yang lebih asyik lagi nih, Bro & Sis. Ada liqo' (ngaji rutin) diundur gara-gara nobar. Haha... Biasanya habis isya' forum sudah dimulai, ini mulainya setelah puas menyaksikan kekalahan tim Garuda Muda kita... Kata sang pembina, "Sebentar ya, lagi tanggung nih..."

Yo wis lah, belum tentu setahun sekali ini... Hihi...

19 November 2011

Sosialisasi Manhaj Taqwim

LATAR BELAKANG
  • Di antara karakteristik tarbiyah Islamiyah adalah berkesinambungan dan adanya jenjang keanggotaan
  • Proses tarbiyah yang efektif dan produktif diukur dengan parameter pencapaian sasaran tarbiyah sesuai manhaj tarbiyah
  • Salah satu instrument asasi dalam proses tarbiyah yang berkesinambungan adalah taqwim
  • Oleh karena itu perlu diadakan dauroh taqwim sebagai sarana sosialisasi risalah taqwim dan peningkatan kemampuan elemen kaderisasi dalam melakukan aktifitas taqwim

LANDASAN
 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (QS. 8:27)

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh” (QS.61:4)

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya” (QS. 3:159)

TUJUAN
  1. Mensosialisasikan risalah taqwim 1432 H kepada pengurus kaderisasi wilayah dan daerah
  2. Meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan keterampilan pengurus kaderisasi wilayah maupun daerah dalam mentaqwim kader
  3. Berbagi pengalaman serta menghimpun kendala dan permasalahan yang muncul di wilayah maupun daerah seputar pelaksanaan taqwim

SASARAN
  1. Tersosialisasikannya risalah taqwim 1432 H bagi pengurus kaderisasi di tingkat wilayah dan daerah
  2. Terbangunnya pemahaman yang baik dan benar di kalangan pengurus kaderisasi wilayah maupun daerah terhadap mekanisme taqwim sesuai risalah taqwim 1432 H
  3. Terbangunnya penguasaan teknis yang baik dan benar di kalangan pengurus kaderisasi wilayah maupun daerah dalam pelaksanaan proses taqwim sesuai risalah taqwim 1432 H
  4. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan pengurus kaderisasi wilayah maupun daerah dalam mentaqwim kader
  5. Terhimpunnya data seputar kendala dan historikal pengalaman taqwim yang ada di tingkat wilayah maupun daerah

Acara berlangsung hari ini dan besok di BKK Jl. Supriyadi Semarang. Ini adalah acara Bidang Kaderisasi DPW PKS Jateng; mengundang semua bidang turunannya di level DPD. Jumlah peserta sekitar 100-an orang. Intinya adalah sosialisasi manhaj taqwim yang baru yakni manhaj 1432. Dibandingkan dengan manhaj taqwim 1421, banyak perubahan yang cukup signifikan pada manhaj baru ini. Hal-hal yang dulunya hanya bisa dinikmati oleh segelintir aktivis dakwah kampus, kini sudah dibuka ke ranah publik. Inilah keniscayaan sebuah jama'ah dakwah, yang kemaslahatannya tidak hanya untuk 'orangnya sendiri' tetapi juga untuk ummat pada umumnya.

Bro & Sis, sebagai sebuah partai politik, maka proses kaderisasi adalah hal yang niscaya. Nah, manhaj taqwim ini adalah panduan penjenjangan anggota PKS. Jika Bro & Sis adalah 'new comer' di PKS, maka mau tidak mau harus melalui proses penjenjangan ini dari titik start: yaitu Anggota Pemula. Tidak memandang apakah Bro & Sis adalah 'senior' di organisasi lain ataupun telah memiliki berbagai pengalaman dan keahlian yang diperlukan oleh PKS untuk berkembang. Baru setelah melalui berbagai proses pembinaan, kenaikan jenjang adalah hak setiap anggota. Di sinilah peran manhaj taqwim ini agar hak-hak anggota untuk 'meniti karier' dalam keanggotaannya tidak terzholimi. Dengan manhaj taqwim 1432 ini diharapkan struktur (baik DPP, DPW maupun DPD) memiliki pedoman yang pasti dalam menetapkan kenaikan jenjang anggota dan melantiknya.

Seperti diutarakan ustadz Abdul Fikri Faqih (Ketua DPW) dalam sambutan pembukaannya, bahwa hendaknya struktur dalam proses rekrutmen adalah seperti filosofi nelayan. Tebar jaring saja, dan dapatkan 'ikan' sebanyak-banyaknya. Tidak pandang dapatnya 'ikan jenis apa' yang penting dapat banyak. Baru kemudian semua orang yang bersedia bergabung dengan PKS, mau tidak mau harus ikut dalam pembinaan rutin. Dalam poses pembinaan ini, ada anggota yang 'semakin menanjak karirnya', pun tidak menafikan yang 'gagal proses'. Biarkan saja berproses secara alami, asal ketika membinanya telah maksimal mengerahkan segenap potensi kebaikan yang dimiliki.

Apa itu Taqwim? Taqwim adalah penilaian atas proses pembinaan yang dilakukan struktur terhadap para anggotanya. Semangat yang dibangun adalah semangat memperbaiki, bukan menghukumi. Dan PKS adalah partai kader, maka semua anggota PKS yang tercatat berhak mendapatkan pembinaan yang intensif agar memiliki karakter unggul sebagaimana tersurat dalam Visi-Misi PKS. Sehingga diharapkan tercipta kader-kader yang siap siaga setiap saat [hehe... kayak iklan pewangi ketiak?] untuk terlibat dalam kerja-kerja dakwah dan kerja-kerja politik PKS.

Visi-Misi yang telah dicanangkan PKS akan tinggal banner dan slogan semata jika tidak didukung oleh kader yang siap kerja. Untuk itulah proses taqwim ini diadakan, agar benar-benar mewujud sosok kader ideal.

17 November 2011

PNS atau PKS?

Ada seorang simpatisan PKS, kebetulan beliau sebagai PNS. Nah, tiap tanggal 17 kan wajib tuh pakai uniform Korpri. Sang simpatisan tadi seringkali lupa, kalau hari ini tanggal 17. Dia baru ingat ketika sudah keluar dari rumah menuju ke kantornya. Ketika di jalan berpapasan dengan orang yang berseragam Korpri.

"Astagfirullah... sekarang kan tanggal 17 ya?!" teriaknya pada dirinya sendiri kaget.
Sementara mau pulang kembali ke rumah untuk ganti baju, sudah nggak keburu. Jadilah ia beda sendiri dengan teman-teman kerjanya.

"Antum iki memang PKS sejati kok, bukan PNS," gurau ketua DPD suatu waktu...

15 November 2011

Tentang Mimpi

Inilah mimpi yang hendak kami wujudkan:
Ponpes Tahfidzul Qur'an dan SMPIT Assalaam Boarding School Pekalongan

Seorang rekan datang membawa brosur dari sebuah yayasan yang hendak membebaskan lahan guna mendirikan TPQ dan pesantren tahfidz. Di sana tertera lahan yang hendak dibebaskan seluas1.000-an meter persegi.

"Ini mimpinya masih kecil," komentar rekan ane terhadap yayasan tadi. Memang jika dibanding mimpi yayasan kami, mereka hanya sepersepuluhnya. Ane tak hendak menyombongkan diri lho. Postingan ini hanya ingin menuturkan, betapa pentingnya memiliki sebuah mimpi. Dan lebih penting lagi mimpi yang besar, jangan yang remeh temeh.

Sebagaimana Rasul panutan kita mencontohkan, milikilah mimpi besar agar kita senantiasa memiliki energi besar guna mewujudkannya. Tentunya tak lepas dari kesadaran sepenuhnya atas pertolongan Allah SWT.

Bro & Sis, mari kita berlatih memiliki keberanian untuk punya mimpi besar. Jangan batasi mimpi kita pada segala keterbatasan yang saat ini sedang melingkupi kita. Bebaskan sebebas-bebasnya. Sepanjang mimpi besar itu akan membawa perubahan positif, bermanfaat bagi sesama dan melibatkan banyak pihak, maka imajinasikanlah. Kemudian ikuti dengan langkah-langkah nyata, sekecil apa pun ia.

Misal Bro & Sis ingin bisa pergi ke Baitullah untuk menunaikan rukun kelima, maka bermimpilah bisa pergi haji sekarang juga. Tidak usah melihat habisnya gaji sebulan sebelum datang gajian selanjutnya. Pun hutang-hutang yang belum terbayar. Segera saja membuka rekening haji. Terlalu besar? Ya sudah, menabung koin seratus rupiah dengan kaleng bekas roti di rumah, mudah kan? Atau sekedar silaturahim ke orang-orang yang hendak maupun baru kembali dari pergi haji, rasakan emosinya. Lengkapi juga langkahmu dengan mengilmui seluk beluk ibadah haji ini: membaca buku-buku haji, googling di internet, tanya ke ustadz, dll.

Atau Bro & Sis ingin membangun sebuah pesantren tahfidz qur'an dan lembaga pendidikan komprehensif mulai dari PAUD hingga Universitas? Maka mimpikanlah sekarang! Dan segera ikuti dengan menjalin silaturahim dengan orang-orang berpikiran positif yang sevisi. Atau melihat-lihat profil sekolah/pesantren unggulan di internet atau datang mengunjunginya. Namun intinya, tidak penting apakah langkah yang kita ambil itu kecil atau besar, karena Dia hanya melihat kesungguhan kita melangkah. Kemudian biarkan Dia yang akan memberikan kepada kita jalan-jalan kemudahan untuk mewujudkannya.

Ikhtiar adalah kewajiban kita, sementara anugerah adalah milik-Nya...

14 November 2011

Takkan Lari Dikejar

Maksudnya, kutakkan lari dikejar deadline, hehe... Biasaa Bro & Sis, hari-hari gini ane sibuk nyiapin Bulletin Al-Ummah, khususon yang untuk edisi Desember. Dari kemarin Yayasan sudah ngoyak-oyak agar tanggal 20 sudah bisa proses cetak. Karena biar nanti tanggal 1 Desembernya sudah bisa dibagikan ke para donatur.

Lah, ini bagian ane, urusan pra-cetak berarti kudu siap sebelum tanggal itu. Biasanya yang paling 'menghambat' adalah deal dari pemasang iklan. Maklumlah... bulletin ini kan dibagi cuma-cuma. Ya, karena fungsinya sebagai media silaturahim (pertanggungjawaban) Yayasan kepada para donatur. Agar biaya operasionalnya tidak mengurangi dana Ziswaf yang terhimpun, maka diambilkan dari iklan. Karenanya, beriklan di bulletin ini sangat besar pahalanya. Gak percaya? Cobain aja sesekali beriklan, dijamin keberkahan menghujani bisnis Bro & Sis semua. (Amin)

Tetap semangaaadh... Harapan itu masih ada, Bung!

------------

Catatan:
Bagi Bro & Sis yang kepengin baca juga, ane sediakan Bulletin Al-Ummah versi PDF, silakan download di sini:

11 November 2011

11-11-11

Wow, hanya karena triple 11 berjejer, lantas orang ramai memaknainya berlebihan. Di Pekalongan saja, KUA mencatat ratusan orang mengajukan permintaan akad nikah pada tanggal itu. Yang jadi masalah petugas pencatat nikahnya, kelabakan. Lha, semuanya minta serentak pada jam 11 lewat 11 menit. Piye jal?

10 November 2011

Selamat Jalan Pak Tujimo

"Innalillahi wa innalillahi rojiun, telah berpulang guru matamatika smp ku, bpk TUJIMO, Semoga Alloh mengampuni segala khilaf dan menerima amal ibadahnya, ditempatkan di sisiNya, amien," tulis Bety, teman SMP-ku di status facebooknya. Kalau bukan karena 'cawelan' Omi, status Bety pasti takkan terbaca olehku karena terkubur di bawah ribuan status yang lain. Thanks, Omi.

Tiba-tiba anganku melayang ke medio 1983, ketika kakiku melangkah ke ruang kelas baruku, Kelas 1D di SMP Negeri Wonopringgo atau SMP Wopi nama gaulnya. Baru saja euforia merasuki jiwaku karena berhasil diterima di sekolah favorit. Maklum, waktu itu SMP Wopi-lah satu-satunya SMP favorit se-kabupaten Pekalongan. Jadi siapa pun yang berhasil lolos seleksinya pasti akan merasa bangga bukan kepalang. Dari SD-ku hanya beberapa orang yang berhasil lolos. Dan kini aku 'terbuang' di kelas paling ujung selatan ini. Karena tidak ada teman dari SD yang sekelas, maka sebagai bekal di 'dunia baru' ini aku hanya menghafalkan nama wali kelasku saja.

Beberapa menit berlalu sejak bel tanda masuk berbunyi. Namun tak kunjung kelasku dihampiri oleh sang wali kelas. Ada apa gerangan? Sementara tiga kelas paralel lainnya telah asyik berkenalan dengan wali kelas barunya. Tapi, tunggu dulu... kelihatannya ada seorang guru laki-laki dengan garis alis tegas menuju ke kelasku. Teman-teman yang sedari tadi gaduh mendadak berlarian ke tempat duduknya dan mengambil sikap 'duduk manis' semanis-manisnya. Hm... orang ini ampuh juga, batinku. Siapa dia?

"Selamat pagi, anak-anak," sapanya membuka kelas.
"Selamat pagi, Pak Guruuu...," serempak kami koor menjawab salamnya.
"Berhubung Ibu Nisfu Laila, wali kelas kalian, saat ini sedang cuti melahirkan, maka untuk sementara saya yang menggantikan. Ada yang sudah tahu nama saya?" tanya beliau sebelum memperkenalkan diri.
Aku dan beberapa temanku diam, karena memang belum kenal nama beliau. Sementara beberapa yang sudah tahu menjawab malu-malu.
"Ya? Ada yang tahu?" ulang beliau memastikan.
"Pak Tujimo," kata sebuah suara dari arah belakang, lirih. Mungkin ragu, mungkin juga takut.

Oh, ini tho orangnya. Pantas saja tadi teman-temanku mendadak anteng. Siapa orangnya di seantero SMP Wopi yang tak kenal 'reputasi' pak Tujimo. Aku juga sebenarnya telah 'mengantongi' data tentang beliau dari kakakku (yang saat itu kelas 3). Apalagi kalau bukan karena kegalakannya.

"Ooh... Pak Telulas..." tanpa sadar mulutku bergumam.
Tidak tahu dari mana idenya, tiba-tiba reflekku menjumlahkan angka-angka yang tersirat dari nama beliau. Dan sialnya, gumamanku tadi terdengar oleh beliau! Bagaimana tidak mendengar, lha wong tempat dudukku persis di depan meja guru, ditambah lagi waktu itu beliau berdiri tepat di depan mejaku.

"Apa kamu bilang?" bentaknya tiba-tiba, hingga membuyarkan otakku
Aku jengkel pada diriku sendiri, hari pertama sudah membuat masalah. Dengan guru tergalak pula. Oh my God! Bencana apa yang akan menimpaku kini?
"Pak Telulas..." terpaksa kujawab, pelan sekali.
"Apa? Coba ulangi!"
"Pak Telulas," dengan segenap perasaan bersalah, sedikit kukeraskan suaraku. Tercekat
"Siapa namamu?" tanya beliau setengah membentak.
"Nurhadi, Pak."

Kemudian meluncurlah wejangan beliau bak senapan mitraliur. Kutekuk mukaku karena malu. Malu sebagai anak baru yang tak tahu sopan santun, mengata-ngatain gurunya dengan label 'sak enak wudele dewe'. Juga malu pada teman-teman sekelas yang kuyakin, semuanya memfokuskan pandang ke arahku. "Kewanen!" mungkin begitu batin mereka. Mbuh lah, pasrah saja.

"Kamu mau, kalau dipanggil Srengenge?" tanya beliau lagi.
"Mau, Pak," terpaksa nih. Tidak mungkin kujawab 'tidak mau' kan?
"Oo, lha wong edan!" beliau mengakhiri dialognya dengan mangkel.

Tapi untungnya tidak ada adegan kekerasan dalam kelas waktu itu. Alhamdulillah, hanya kata-kata. Karena -mungkin- status kami masih murid baru, belum siap menerima 'hukuman' lebih lanjut. Nggak tahu jika yang keceplosan ini anak kelas 3, habis cok-e, hehe.... Tak urung keringat membasahi seragam biru-putihku yang masih 'bau Cina' itu.

***

Pak Tujimo, kesan pertamaku terhadap dirimu begitu menggoda. Selanjutnya tingkah polah kami semakin menggila. Dalilnya, apalagi kalau bukan karena sikap galakmu. Ini yang membuat kami berontak. Mungkin Pak Tujimo masih ingat, peristiwa "kabur berjama'ah" di suatu siang? Waktu itu kami sudah duduk di kelas 3B, kebetulan jam matematika di posisi 7-8. Entah siapa provokatornya, tiba-tiba sekelas kompak untuk bikin acara "Mathematic Runaway" alias kabur pada jam Bapak. Kecuali dua orang, anak cowok "I" dan cewek "J". Bapak tahu tidak, apa yang kami lakukan? Woi, kami nyuci tenda rame-rame, Pak. Bendungan kali Kletak menjadi saksi kebinalan kami. Sepertinya asyik sekali siang itu. Kami gotong royong membersihkan tenda yang beberapa hari lalu habis dipakai kemah. Dan, satu perasaan yang paling melegakan adalah: lepas dari muka seram Bapak! Gila nggak tuh?

Akhirnya Bapak lampiaskan 'rasa cinta' Bapak pada kami, Senin berikutnya. Para pembolos itu dijemur rame-rame, sembari membersihkan lapangan sekolah. Terima kasih, Pak Jimo, hukuman ini sebenarnya pantas kami terima. Maafkan kelakuan kami ya Pak...

Kini, kau telah kembali menghadap Ilahi Robbi. Sekali lagi, maafkan kesalahan kami Pak Jimo. Selamat jalan, semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosamu dan membalas amal sholihmu. Semoga keluargamu tabah menghadapi mushibah ini dan Allah SWT berkenan menggantikan dengan yang lebih baik. Amin...

----------------
Update [12/11]
Ada ralat oleh Siti Hanah: personel yang tidak kompak "kabur berjama'ah" ternyata 3: cowok 'S', dan dua cewek 'J' dan 'N' [iya benar, maksudku 'S', bukan 'I' tapi... siapa 'N' ini ya? aku lupa]

Apa itu Pahlawan?

Cuplikan Pidato BUNG TOMO, di Surabaya

Bismillahirrohmanirrohim..
MERDEKA!!!
............................................
Dan untuk kita saudara-saudara
lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka
semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita
sebab Allah selalu berada di pihak yang benar
percayalah saudara-saudara
Tuhan akan melindungi kita sekalian

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
MERDEKA!!!

09 November 2011

Road to Pondok

Mumpung istri, Jundi dan Irfan libur lumayan panjang dan bersamaan, kami manfaatkan untuk 'Road to Pondok' (Semarang-Bawen-Magelang) menengok kakak-kakak.

Bertolak dari rumah pada Sabtu (5/11) pukul 7 pagi. Sampai Gunungpati jelang zhuhur. Berarti hampir 5 jam! Wow! Padahal dulu jarak ini hanya kutempuh maksimal 3 jam. Sudah semakin tua nih body, sehingga dengan jarak yang sama, butuh 3 kali rehat. Dulu nggak tuh... Bablas terus non stop! Padahal waktu itu sambil bawa si kecil (anak mbarep).

Rute pertama menjenguk Zaid (anak kedua yang mondok di Gunungpati Semarang), kemudian dilanjutkan ke Bawen (Kabupaten Semarang) untuk menjenguk Umar, anak ketiga di SMPIT Darul Fikri. Sesampai di pondoknya Umar, tak ane dapati Umar di sana. Ternyata dia telah pergi main ke rumah temannya di Salatiga. Karena memang jadual kepulangan siang, sementara ane baru sampai di sana jelang maghrib. Akhirnya kuputuskan untuk pulang ke Gunungpati.

Esok paginya, kami menjenguk anak pertama yang sedang mondok di SMAIT Ihsanul Fikri Magelang. Namun terlebih dahulu menempuh jalur Salatiga guna menjemput Umar untuk diajak serta. Meminjam kakak dengan mobilnya, kami berenam diantar road to pondok. Terima kasih pak dhe...

Alhamdulillah liburan tiga hari ini bisa maksimal bertemu dengan anak-anak tercinta. Semoga kalian menjadi hafidz-hafidzhoh yang sholih dan mensholihkan, mampu menjelaskan perkara-perkara agama ini kepada ummat. Amin yaa Robb...

03 November 2011

Qurban Pertamaku

Bismillah, mengawali langkah menuju ke rumahMu, ya Allah, izinkan hamba mengorbankan honor desain selama dua edisi ini... Terimalah ya Robb ini qurban pertama hamba. Padahal hamba telah Engkau beri kesempatan hidup empat dasawarsa. Ampuni hamba wahai Dzat Yang Maha Pengampun....


#LangkahNyataPertama...

02 November 2011

Labbaik Allahumma Labbaik...

Buku "Pergi Haji dengan Rp 100" terbitan Asma Nadia Publishing ini sangat menggugah, inspiratif dan renyah. Begitulah kesanku membacanya. Hingga dalam sekali duduk, tamatlah sudah riwayatnya hehe...

Bro & Sis, dari kisah nyata yang dituturkan penulis (Sis Ocha dan Bro Awan, keduanya pasutri) membuat ane malu habis-habisan.

Pertama: tentang implikasi niat berhaji. Ane sudah lama mengidamkan bisa pergi haji. Tapi apa langkah nyatanya? Kalau cuma niat mah sama dengan NOL BESAR!!! Jadi, musti bagaimana? Setelah niat, ya, diterusin dengan tindakan nyata dong. Buka rekening haji kek, atau bahkan ternyata, langkah awal tidak sesulit yang ane fikirkan selama ini. Penulis buku ini menunjukkan caranya: buatlah celengan dari stoples bekas wafer, dan mulai isi dengan koin seratus rupiah.

Haa? Seratus rupiah? Benar, hanya pecahan besar seratus rupiah. Asal istiqomah dan jangan tergoda untuk membongkarnya. Maka, Allah SWT dengan kebesaranNya, akan menurunkan barokahNya dan rizki dari arah yang tiada kita sangka sebelumnya. Allahu Akbar!

Kedua: tentang 'tema minor' buku ini, romantisme. Subhanallah, pasangan Ocha-Awan ini demikian romantisnya. Pengin niru jadinya, tapi kok... untuk akselerasi awalnya berat sekali yah? Kikuk dan salah tingkah nih jadinya...

Oke, let's action. Yuk, bareng-bareng pergi haji dengan seratus rupiah! Biar lebih romantis, bareng suami atau istri kita. Cihuiii...